Mindset Itu Kayak Playlist Lagu, Bisa Di-shuffle!

 

Mindset itu bisa digonta-ganti, tinggal kamu mau nggak?

Kita sering dengar kata "mindset", tapi sebenernya apa sih artinya yang gampang? Dan yang lebih penting, gimana caranya kita "mengutak atik" dengan mindset biar hidup nggak berat-berat amat?

Mindset Itu Bukan Sekedar Kata

Awalnya, aku juga mikir mindset itu sesuatu yang kaku. Kayak, "oke, gue orangnya keras kepala," trus selesai. Tapi ternyata salah besar. Mindset itu lebih mirip software di otak kita yang nentuin gimana kita nangkep informasi, hadapi masalah, dan jalanin hari-hari.

Bayangin aja, dua orang dihadapin pada situasi yang sama, yaitu dapat teguran dari bos. Misal orang A punya mindset "Ancaman": “Aduh, kayaknya bakal dipecat nih. Aku pasti payah. Semua orang pasti ngeledek aku." Hasilnya? Stres, males kerja, dan performa beneran turun.

Lalu ada orang B dengan Mindset "Kesempatan": "Wah, ternyata ada yang bisa gue perbaiki. Ini kesempatan buat belajar dan nunjukin kalau gue bisa berkembang." Hasilnya? Dia belajar, memperbaiki kesalahan, dan jadi lebih baik.

Kejadiannya sama, persis. Yang beda cuma cara memaknainya. Nah, cara makna inilah yang namanya mindset.

"Fixed Mindset" vs "Growth Mindset”

Istilah keren ini dari psikolog Carol Dweck, tapi mari aku jelaskan pakai bahasa yang sederhana.

Fixed Mindset (Si Membosankan): Punya keyakinan bahwa kemampuan kita itu udah ditentuin dari sononya. Pintar ya udah pintar, nggak bisa ya udah nasib. Karakternya: gampang nyerah, gampang iri sama kesuksesan orang, dan menganggap usaha itu hal yang memalukan (soalnya kalo pinter ngapain harus susah-susah usaha?).

Growth Mindset (Si Petualang): Percaya bahwa kemampuan bisa dikembangin lewat usaha dan belajar. Kegagalan itu bukan vonis, tapi data. Karakternya: suka tantangan, belajar dari kritik, dan melihat usaha sebagai jalan ninja menuju puncak.

Kita semua pasti punya campuran keduanya. Misal, sebagai penulis, kamu adalah Growth, tapi kalo disuruh soal desain banner acara, "Jangan aku, selera desainku payah." Nah, tugas kita adalah mengenali kapan Si Membosankan ini lagi menghampiri.

Gimana Caranya "Nge-shuffle" Mindset Kita?

Nah, ini bagian serunya. Mindset itu nggak statis dan bisa kita ubah, kayak lagu di playlist yang bisa kita shuffle sesuka hati. Kuncinya adalah mulai dengan menyadari pikiran kita sendiri. Kalo lagi gagal atau mentok, pasti ada suara kecil di kepala yang bisik, "Aku emang nggak bisa, sih."

Nah, langkah pertama adalah cuma sadari aja suara itu sebagai "Si Membosankan" tanpa langsung diturutin. Setelah sadar, kita baru bisa memilih respon yang lebih baik. Caranya bisa dengan ganti kata-kata yang kita ucapkan ke diri sendiri, dari "Aku nggak bisa" menjadi "Aku belum bisa." Kata "belum" itu sederhana tapi powerful banget karena membuka pintu kemungkinan.

Selanjutnya, coba alihkan fokus dari sekadar hasil akhir ke proses perjuangannya. Rayakan usaha dan pembelajaran yang kamu dapatkan, bukan cuma nilainya yang sempurna.

Terakhir, jaga "asupan" pikiranmu dengan cari "nutrisi" yang baik. Perbanyak baca buku inspiratif atau dengerin podcast yang memotivasi, kurangi komentar negatif dan perbandingan yang bikin insecure. Dengan langkah-langkah kecil ini, kita bisa aktif membentuk ulang pola pikir kita.

Nggak Perlu Perfect, Yang Penting Nggak Stuck

Membangun mindset yang baik itu kayak olahraga. Nggak ada yang besok langsung jadi atlet. Kadang kita kalah, kadang menang. Yang penting, kita sadar dan mau mencoba untuk memilih perspektif yang lebih membangun.

Jadi, lain kali kalau kamu merasa mentok, coba tanya diri sendiri: Sekarang aku lagi pake mindset yang mana nih? Si Membosankan atau Si Petualang?

So, yuk, kita mulai belajar buat nge-shuffle playlist mindset kita. Karena hidup ini udah susah, jangan ditambah susah dengan pikiran kita sendiri. Let's play a better tune!

Lebih baru Lebih lama